Kata-kata tadi meluncur dari seorang teman yang menjalin hubungan
dengan suami seseorang dan kemudian dilabrak oleh istri pria tersebut. Teman saya
ini, sebut saja namanya Dewi, sudah menjalin hubungan dengan Donny selama 1
tahun.
Analogi Kucing – Ikan Asin
dan Meja
Saya bertanya pada seorang teman
pria, eksekutif muda tampan yang memang player, dulunya. Sebelum
sekarang menjadi anggota ISTI (Ikatan Suami Takut Istri-red). Semula
saya kira dia sayang sama istrinya, nggak tahunya dia takut, ealaaaahhhhh....
Teman saya itu memberikan perumpamaan yang aneh, yaitu trilogi antara: Kucing,
Meja dan Ikan asin. Ikan asin, baunya kemana-mana, enak dipandang (oleh kucing
tentunya-red) dan rasanya lezat. Tentu Ikan asin ini digemari para
kucing, tidak terkecuali para kucing yang sudah tidak single lagi. Nah
sekarang tergantung mejanya. Kalau ikan asin tadi ditaruh di meja yang rendah –
pasti dua juta kucing dengan gampangnya mengambil si ikan asin tadi. Namun
apabila si ikan asin ditaruh di atas meja yang tinggi dan tidak teraih oleh
kucing tadi, maka dia akan selamanya menjadi ‘legenda’, akan sebuah ikan asin
yang cantik, harum – tapi sulit diraih. Jadi teman saya tadi menganalogikan
bahwa; kalau wanita tadi memang cantik ibarat ikan asin (sounds wrong ya-red),
dan dia menjadi primadona, maka wanita tadi hendaknya menghargai dirinya
sendiri agar tidak gampang disikat (sounds wrong again-red) oleh para
ku...eh...pria. Apabila wanita tadi pintar menjaga diri (ini dilambangkan sama
meja tadi-red) maka kucing manapun. Biar kata dia kucingnya Presiden pun
tidak mampu meraih si ikan as....eh... wanita tadi. Kira-kira
begitulah....
Lho, jadi intinya, kalau terjadi sebuah perselingkuhan,
80% itu karena salah wanita-nya gitu? Karena gampangan? Lho kok enak? Saya,
yang pernah diselingkuhi berkali-kali ini (#eaaa #curcol). Selalu
menganggap hadirnya orang ketiga sebagai pelengkap pasangan saya, atas hal yang
tidak bisa saya berikan kepadanya. Misalnya, yang paling gampang adalah waktu
dan mungkin juga romantisme. Saya tidak bisa memberi banyak waktu dan
romantisme kepada pasangan saya yang selingkuh tadi –dia juga tidak bisa
memberikan kesetiaan kepada saya. Dan pada suatu titik, dimana kami berpikir
bahwa keduanya tidak merasa berdua untuk melengkapi lagi, kemudian kami berpisah
baik-baik. Tapi kan kita semua bisa move-on ke arah yang lebih baik.
Hahaha..... I guess the heart and head don’t always fly on the
same path! Namun seperti lagu Pak Basofi Sudirman, tidak semua laki-lakiiiii.......
begitulah kira-kira liriknya, tidak semua pria seperti kucing tadi. Kucing
baik-baik juga ada. Jadi carilah kucing baik-baik tadi sampai dapat. Kalau
sudah dapat disayang-sayang dan jangan disiksa ya kucingnya....
It Takes Two to Tango
Ketika seorang teman wanita berapi-api
menyalahkan seorang wanita yang dituduhnya ‘merebut’,suaminya. Saya mencoba
untuk,mengerti dari pihak si wanita tadi.,Pendapat saya, kalau si wanita, tadi
tidak tahu awalnya si pria ini sudah beristri dan akhirnya beberapa waktu
kemudian (wanita kan biasanya pakai hati, biasanya lho yaaa,
walau beberapa sih pakai bodired) jatuh cinta beneran pada si pria ini;
saya rasa tidak seratus persen si wanita salah. Kan pada waktu kenalan si pria
tidak menyebutkan status perkawinannya. Tapi beda kalau memang si wanita itu
sudah tahu kondisi awal si laki-laki tadi dan tetap kekeuh mendekatinya
–gayung bersambut; maka yang salah adalah keduaduanya secara adil. Tapi who
am I to judge. Semua orang punya alasan dan rahasianya masing-masing,
bukan?
Anyone can make a mistake and everyone deserves a second
chance.
Lalu bagaimana? Kalau sudah keburu
ketahuan dua-duanya bersalah adalah menurut saya (yang bukan psikolog,
konsultan cinta apalagi dukun ini-red) dengan tidak mencari dan
mengungkitungkit kesalahan pria tadi. Sebagai wanita kita juga harus berbesar hati
menerima kondisi pasangan yang apa adanya (termasuk kesalahannya), refleksi
diri dan kemudian move-on. Kemana? Ya kembali pada diri masing-masing.
Apabila pria itu berkenan bertobat dan merubah kelakuannya, dan itu terlihat
jelas pada sikapnya –tentunya dia patut mendapatkan kesempatan kedua. Tapi
apabila sudah tidak ada sikap saling ingin memperbaiki, buat apa menyiksa diri
berada dalam keadaan yang sudah tercela tadi.
Saya juga tidak sepenuhnya setuju
dengan pepatah “Selingkuh itu bukan hanya karena niat tetapi karena
masih laku.” Karena menurut saya, selingkuh itu tidak akan terjadi kalau
kedua pihak tidak meng-amininya. Inilah yang bikin saya heran mengapa
kebanyakan wanita akan terlebih dahulu mendamprat wanita yang dituduh merusak
rumah tangga mereka –ketimbang mendamprat suami mereka sendiri. Apakah saya
pernah menjadi orang ketiga dalam suatu hubungan? Ya, saya pernah dan saya
tidak bangga sama sekali. Akhirnya saya akhiri karena saya tidak mau menyakiti
sesama perempuan. Saya sangat percaya karma itu ada. Sakit memang. Pada
prinsipnya, saya percaya, perempuan janganlah menyakiti sesama perempuan.
Kenapa? Karena kita semua lahir dari seorang perempuan. Tidak ada seorang
perempuan pun di dunia ini yang mengajarkan anak perempuannya untuk menjadi orang
ketiga (kecuali perempuan tadi agak sinting -red).
Tempat Parkir
Mencari jodoh di kota metropolitan
ini ibarat mencari parkir di mall yang ramai pada Sabtu sore di tanggal muda.
Tempat parkir strategis tentu sudah terisi, namun bukan berarti tempat parkir lainnya
sudah terisi. Bisa juga valet parking (alias minta dijodohin teman-red)
apabila sudah menyerah mencari tempat parkirmu sendiri. Ada pula teman saya
yang saking stress-nya dia bilang “Ah! Nonsense! All the good
guys are either taken or they’re gays...”. Kemudian saya tanggapi
dengan “Well, I know some of the bad gays too...,” sebelum akhirnya
saya di-toyor habis habisan olehnya.